:strip_icc()/kly-media-production/medias/5226660/original/050701400_1747753465-steptodown.com913068.jpg)
Overthinking, atau kebiasaan memikirkan sesuatu secara berlebihan dan berulang-ulang, telah menjadi masalah umum yang memengaruhi banyak individu dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi ini dapat mengambil beragam bentuk, mulai dari terus-menerus merenungkan masa lalu, mengkhawatirkan masa depan yang belum terjadi, mengkritisi diri sendiri secara berlebihan, hingga berusaha menyenangkan orang lain atau merencanakan segala sesuatu secara sempurna. Namun, seperti disampaikan oleh dokter spesialis kedokteran jiwa atau psikiater Eva Suryani dari RS EMC Alam Sutera, kesempurnaan sejati sering kali hanyalah ilusi. Hal terbaik yang bisa dilakukan adalah berusaha semaksimal mungkin, tanpa harus menunggu hasil yang sempurna sejak awal.
Psikiater Eva Suryani menawarkan tiga saran praktis bagi mereka yang kerap terjebak dalam lingkaran overthinking agar bisa merasa lebih tenang dan menjalani hidup dengan lebih damai.
1. Berlatih Mindfulness (Kesadaran Penuh)
Mindfulness adalah praktik menyadari apa yang sedang terjadi di dalam diri dan di sekitar kita, tanpa harus selalu melalui meditasi yang panjang. Ini berarti menjalani hidup tidak dalam mode "auto-pilot", melainkan dengan penuh kesadaran dan penerimaan diri apa adanya. Misalnya, jika ingin menguasai suatu keterampilan, sadari bahwa ada proses belajar dan berlatih yang harus dilalui. Latihan ini membantu kita terhubung dengan momen sekarang dan menerima realitas tanpa penilaian berlebihan.
2. Tuliskan Kekhawatiran
Saat pikiran dipenuhi berbagai kekhawatiran, cobalah untuk menuliskannya. Setelah daftar kekhawatiran tertulis, periksalah kembali mana saja yang benar-benar terbukti terjadi dan mana yang ternyata tidak menjadi kenyataan. Menurut dr. Santi Yuliani, SpKJ, perilaku memikirkan segala sesuatu secara berlebihan tidak boleh dibiarkan karena dapat menyebabkan emosi tidak stabil, mengganggu tidur, dan menurunkan imunitas. Menuliskan kekhawatiran dapat membantu membedakan antara realitas dan asumsi, serta memberikan perspektif yang lebih jelas tentang masalah yang dihadapi.
3. Fokus pada Saat Ini
Overthinking tentang kejadian di masa lalu atau masa depan sering kali membuat seseorang kehilangan fokus pada masa kini, padahal momen saat ini adalah kondisi yang tidak bisa diulang kembali. Terlalu banyak memikirkan masa depan dapat membuat kita melewatkan apa yang terjadi saat ini. Fokus pada apa yang sedang terjadi di depan mata dan apa yang bisa kita lakukan saat ini adalah kunci untuk mengendalikan kecemasan. Dengan mengalihkan fokus dari hal-hal yang tidak bisa dikontrol di masa lalu atau masa depan, seseorang dapat lebih menghargai dan memanfaatkan momen yang ada.
Overthinking yang dibiarkan dapat memicu berbagai masalah kesehatan mental, seperti kecemasan tinggi, gangguan tidur, terganggunya produktivitas, hingga depresi. Jika Anda merasa sulit mengatasi overthinking dengan tips ini, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional dari psikolog atau psikiater. Mereka dapat membantu mengidentifikasi akar masalah dan mengajarkan strategi koping yang lebih efektif.