
Generasi Z menghadapi ancaman peningkatan risiko penyakit diabetes, kondisi yang dulunya lebih sering dikaitkan dengan usia lanjut, kini semakin banyak menyerang kalangan muda. Tren gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat menjadi pemicu utama fenomena ini.
Data menunjukkan gambaran yang mengkhawatirkan. International Diabetes Federation (IDF) mencatat 537 juta penderita diabetes di dunia pada tahun 2021, dengan Indonesia menyumbang 19,5 juta penderita, menjadikannya salah satu negara dengan kasus diabetes terbanyak. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) juga melaporkan peningkatan prevalensi diabetes pada penduduk usia di atas 15 tahun dari 10,9% pada tahun 2018 menjadi 11,7% pada tahun 2023. Lonjakan kasus diabetes tipe 1 pada anak di Indonesia bahkan mencapai 70 kali lipat dari tahun 2010 hingga 2023, dengan sekitar 46% penderitanya berusia 10-14 tahun.
Salah satu faktor utama yang memperburuk risiko ini adalah kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman tertentu secara berlebihan. Minuman manis kekinian, seperti kopi kekinian dengan gula aren, boba milk tea, dan milkshake dengan topping manis, sering menjadi pilihan Gen Z, didorong oleh tren dan fenomena Fear of Missing Out (FOMO) di media sosial. Menurut dr. I Putu Ari Wismayana, Sp.PD, konsumsi gula berlebihan tanpa diimbangi aktivitas fisik dapat menyebabkan kadar gula darah tidak terkendali dan memicu diabetes tipe 2 pada usia dini. Kementerian Kesehatan merekomendasikan batas asupan gula harian hanya 50 gram atau sekitar empat sendok makan.
Selain minuman manis, konsumsi makanan olahan ultra, makanan cepat saji (junk food), dan makanan instan juga berkontribusi signifikan. Mi instan, keripik kentang, jajanan manis, kue kering, pizza, burger, hingga daging olahan yang tinggi gula, lemak jenuh, lemak trans, dan garam, menjadi bagian dari pola makan yang tidak sehat ini. Ahli gizi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi), Atik Nirwanawati, menjelaskan bahwa pola makan tidak sehat, termasuk konsumsi makanan instan dan junk food, serta minuman tinggi gula, merupakan pemicu diabetes pada Gen Z. Konsumsi makanan tinggi gula ini dapat meningkatkan berat badan dan memicu resistensi insulin, yang merupakan faktor risiko utama diabetes tipe 2.
Selain pola makan, gaya hidup Gen Z juga berperan besar. Kebiasaan kurang aktivitas fisik atau cenderung malas bergerak (sedentary lifestyle) karena dominasi gawai, tidak menjaga berat badan ideal yang sering berujung pada obesitas, serta stres kronis yang memengaruhi regulasi gula darah, turut meningkatkan kerentanan terhadap diabetes. Kurang tidur atau kebiasaan begadang juga dapat mengganggu pengaturan gula darah dan menurunkan efektivitas insulin.
Diabetes yang menyerang di usia muda berarti tubuh akan terpapar kadar gula darah tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama. Paparan kronis ini mempercepat timbulnya komplikasi serius seperti penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, kebutaan, dan luka yang sulit sembuh bahkan berujung pada amputasi. Gejala awal diabetes pada usia muda sering tidak disadari, meliputi sering merasa haus dan lapar berlebihan, sering buang air kecil (terutama di malam hari), penurunan berat badan tanpa sebab jelas, luka yang sulit sembuh, mudah lelah, dan penglihatan kabur.
Untuk mencegah dan menekan risiko diabetes pada Gen Z, beberapa langkah penting perlu dilakukan. Mengurangi konsumsi minuman manis dan makanan olahan tinggi gula serta lemak, serta meningkatkan asupan makanan sehat seperti sayuran dan buah-buahan, adalah krusial. Rutin berolahraga minimal 30 menit setiap hari, menjaga berat badan ideal, mengelola stres dengan baik, dan melakukan pemeriksaan gula darah secara teratur juga sangat dianjurkan. Edukasi tentang pentingnya memahami label nilai gizi pada kemasan makanan dan minuman juga perlu ditingkatkan agar Gen Z dapat membuat pilihan makanan yang lebih sehat.