:strip_icc()/kly-media-production/medias/5382647/original/007198600_1760597776-lifestyle-emotions-advertisement-concept-mad-distressed-korean-girl-losing-temper-feeling-angry-overwhelmed-screaming-shaking-hands-aggressive-standing-yellow-background__1_.jpg)
Sebuah studi terbaru dalam kategori kesehatan mental mengungkapkan temuan mengejutkan: emosi marah, yang seringkali dianggap negatif, ternyata dapat mempercepat penyelesaian pekerjaan serta meningkatkan kreativitas dan produktivitas seseorang. Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology pada tahun 2023 ini menyoroti bahwa kemarahan dapat menjadi motivator kuat untuk mencapai tujuan.
Profesor ilmu psikologi dan otak di Texas A&M University, Heather Lench, yang merupakan penulis utama studi tersebut, menjelaskan bahwa dalam berbagai penelitian, orang yang marah lebih sering berhasil mencapai tujuan mereka. Studi ini meneliti sekelompok individu yang dipicu untuk marah, kemudian diberikan tugas, seperti memecahkan teka-teki kata. Hasilnya menunjukkan bahwa peserta yang berada dalam kondisi marah mampu memecahkan hingga 40 persen lebih banyak teka-teki yang sulit dibandingkan dengan partisipan yang emosinya netral. Efek positif ini, bagaimanapun, hanya terlihat pada tugas dengan tingkat kesulitan tinggi, bukan pada tugas yang sederhana.
Lebih lanjut, Lench memaparkan bahwa kemarahan dapat mempersingkat waktu reaksi dan meningkatkan respons, yang berkontribusi pada penyelesaian tugas secara lebih efektif. Aspek kreativitas juga mengalami peningkatan; individu yang marah cenderung menghasilkan lebih banyak ide, bahkan ide-ide yang lebih berbeda dan unik. Hal ini terutama berlaku ketika kemarahan itu muncul melalui proses imajinatif. Energi yang dihasilkan dari kemarahan dapat menjadi dorongan alami untuk bertindak lebih cepat dan tegas, serta memperkuat fokus dan kewaspadaan untuk mengatasi hambatan.
Meskipun demikian, para peneliti menekankan pentingnya pengelolaan emosi marah. Kemarahan yang tidak terkendali atau tidak diarahkan dengan benar justru dapat menimbulkan dampak negatif, seperti tindakan tidak etis (berbohong atau curang) di lingkungan kerja, atau menciptakan suasana kerja yang tidak sehat. Kuncinya terletak pada kemampuan untuk mengendalikan dan mengarahkan kemarahan. Jika digunakan untuk mengatasi hambatan spesifik, seperti frustrasi terhadap proyek yang macet atau ide yang ditolak, amarah dapat berfungsi sebagai pemicu untuk mencari solusi inovatif. Penelitian ini menegaskan bahwa kombinasi emosi positif dan negatif, termasuk kemarahan, dapat menghasilkan kinerja terbaik dan berkontribusi pada kesejahteraan secara keseluruhan.