
Peringatan keras datang dari kalangan medis menyusul viralnya unggahan media sosial seorang ibu yang menganjurkan pemberian susu murni atau unpasteurized milk kepada anak-anaknya. Para dokter dan organisasi kesehatan mendesak orang tua untuk memahami bahaya serius yang mengintai di balik konsumsi susu yang belum melalui proses pasteurisasi ini.
Susu mentah, yang diambil langsung dari hewan ternak dan belum melalui proses pemanasan untuk membunuh bakteri berbahaya, dianggap sebagian orang memiliki lebih banyak nutrisi. Namun, para ahli menegaskan bahwa klaim ini tidak berdasar secara ilmiah dan justru berisiko tinggi terhadap kesehatan, terutama pada kelompok rentan seperti bayi dan balita.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), susu mentah dapat terkontaminasi oleh berbagai patogen berbahaya. Bakteri seperti Salmonella, E. coli, Listeria monocytogenes, Campylobacter, Brucella, dan Cryptosporidium sering ditemukan dalam susu yang tidak dipasteurisasi. Kontaminasi ini bisa terjadi selama proses pemerahan dari kotoran hewan, peralatan yang tidak bersih, atau bahkan dari tangan petugas pemerahan.
Konsumsi susu mentah dapat memicu berbagai gejala keracunan makanan, termasuk mual, muntah, diare, sakit perut, demam, dan dehidrasi. Dalam kasus yang lebih parah, infeksi bakteri ini dapat menyebabkan komplikasi serius seperti sindrom hemolitik uremik (HUS) yang bisa merusak ginjal, peradangan parah, sindrom Guillain-Barré yang menyebabkan kelumpuhan, bahkan meningitis atau kematian.
Dokter Gizi Klinik, dr. Yohan Samudra, seperti dikutip dari sebuah media, sangat tidak merekomendasikan konsumsi susu mentah. Senada dengan itu, American Academy of Pediatrics (AAP) juga mengimbau agar susu mentah tidak diberikan kepada bayi, balita, ibu hamil, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah karena kelompok ini memiliki risiko infeksi yang jauh lebih besar dan berpotensi fatal. Bagi ibu hamil, bakteri Listeria dalam susu mentah dapat menyebabkan keguguran atau penyakit serius pada bayi baru lahir.
Penting untuk diketahui bahwa proses pasteurisasi, yang pertama kali dikembangkan oleh Louis Pasteur pada tahun 1864, bertujuan untuk membunuh organisme berbahaya tanpa merusak kandungan nutrisi penting seperti protein, kalsium, dan vitamin yang ada dalam susu. Susu pasteurisasi tetap aman dan bergizi untuk mendukung tumbuh kembang anak.
Orang tua disarankan untuk selalu memeriksa label produk susu untuk memastikan telah melalui proses pasteurisasi. Untuk bayi di bawah usia satu tahun, susu sapi murni (baik pasteurisasi maupun tidak) juga tidak dianjurkan secara langsung karena kadar protein dan mineral yang terlalu tinggi dapat membebani ginjal bayi yang belum matang, serta berisiko menyebabkan kekurangan zat besi. ASI atau susu formula tetap menjadi pilihan terbaik untuk bayi di bawah satu tahun. Jika terdapat gejala keracunan makanan pada anak setelah mengonsumsi susu, orang tua diimbau untuk segera mencari penanganan medis.