:strip_icc()/kly-media-production/medias/4864006/original/019352400_1718368312-Marissa_Anita_-_2.jpeg)
Jurnalis sekaligus aktris Marissa Anita telah lama dikenal sebagai sosok yang mengaplikasikan filosofi Stoikisme dalam menghadapi stres dan tekanan hidup modern. Melalui berbagai kesempatan, termasuk dalam kanal YouTube Greatmind, ia membagikan delapan cara praktis yang relevan dengan ajaran filsafat kuno ini untuk mencapai ketenangan dan penguasaan diri.
Pertama, Fokus pada Hal yang Bisa Dikendalikan. Marissa Anita menekankan pentingnya membedakan antara hal-hal yang dapat diubah dan yang berada di luar kendali kita. Mengkhawatirkan faktor eksternal hanya akan menambah beban mental dan menyebabkan frustrasi.
Kedua, Latihan Kemalangan (Premeditatio Malorum). Ini melibatkan melatih diri menghadapi skenario terburuk atau membayangkan kehilangan hal-hal yang berharga. Praktik ini bertujuan untuk membuat seseorang lebih sadar akan kenyamanan sehari-hari dan mempersiapkan mental jika penderitaan atau kesulitan benar-benar datang. Filsuf Stoik Seneca bahkan sengaja hidup dalam kesederhanaan ekstrem dua kali setahun sebagai bagian dari latihan ini.
Ketiga, Latih Persepsi. Marissa Anita mengutip Marcus Aurelius yang menyatakan, "Pilih untuk tidak tersakiti, maka kamu tidak akan tersakiti." Ini berarti kita memiliki kendali atas penilaian dan interpretasi kita terhadap peristiwa eksternal, bukan peristiwa itu sendiri.
Keempat, Melihat Kehidupan dengan Perspektif Luas. Praktik ini mengajak kita untuk memandang kehidupan dari sudut pandang yang lebih makro, seperti seorang astronot yang melihat bumi dari kejauhan. Dengan demikian, kekuasaan, kemewahan, dan hiruk pikuk duniawi tampak kecil dan konyol, membantu mengurangi keterikatan pada hal-hal fana.
Kelima, Mengingat bahwa Tak Ada yang Kekal. Kesadaran bahwa segala sesuatu—mulai dari status, reputasi, hingga hubungan—pada akhirnya akan berlalu, membantu kita untuk tidak terlalu terikat pada hal-hal tersebut. Ini mendorong kita untuk menghargai momen yang ada dan mengurangi kekhawatiran berlebihan akan kehilangan.
Keenam, Memento Mori (Ingatlah Kematian). Mengingat kematian bukanlah untuk menakuti, melainkan untuk menuntun kita agar menjalani hidup dengan penuh makna dan memaksimalkan setiap kesempatan. Marcus Aurelius menulis, "Kita bisa meninggalkan hidup ini kapan saja. Jadikanlah ini penentu apa yang kita lakukan."
Ketujuh, Bergerak dan Ambil Tindakan. Setelah menyadari batas kendali kita, langkah Stoikisme berikutnya adalah bertindak secara proaktif terhadap hal-hal yang memang berada dalam jangkauan kita. Ini berarti mengarahkan energi pada solusi dan perubahan yang mungkin.
Kedelapan, Menurunkan Ego. Ego seringkali dipandang sebagai keyakinan berlebihan terhadap pentingnya diri sendiri. Dengan menurunkan ego, seseorang dapat lebih objektif melihat situasi, menerima kritik, dan mengurangi friksi dalam interaksi sosial, yang pada akhirnya membantu mengurangi stres dan tekanan.
Penerapan prinsip-prinsip Stoikisme ala Marissa Anita ini menjadi kerangka berpikir yang kuat dalam menghadapi tantangan hidup, membantu seseorang tetap tenang, berpikir jernih, dan menghindari stres berlebih.