Notification

×

Iklan

Iklan

Tagar Terpopuler

Obesitas di Balik Layar: Data Cek Kesehatan Gratis Ungkap Fakta Sebenarnya

2025-11-20 | 02:23 WIB | 0 Dibaca Last Updated 2025-11-19T19:23:05Z
Ruang Iklan

Obesitas di Balik Layar: Data Cek Kesehatan Gratis Ungkap Fakta Sebenarnya

Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang digalakkan pemerintah telah mengungkap bukti nyata dan mengkhawatirkan mengenai prevalensi obesitas serta gaya hidup sedentari di kalangan masyarakat. Data terbaru menunjukkan bahwa di balik tingginya partisipasi, tersimpan tantangan besar bagi kesehatan nasional.

Hingga 4 November 2025, lebih dari 50,5 juta penduduk telah mengikuti pemeriksaan kesehatan melalui program CKG. Hasil yang mengejutkan adalah sebanyak 95 hingga 96 persen peserta tercatat memiliki aktivitas fisik yang kurang atau "malas gerak". Lebih lanjut, temuan dari CKG juga mengungkapkan bahwa 32 persen peserta dewasa mengalami obesitas sentral. Angka ini bahkan mencapai 32,9 persen untuk obesitas sentral dan 24,4 persen untuk kelebihan berat badan dan obesitas secara umum pada kelompok dewasa.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyoroti bahwa pencapaian lebih dari 50,5 juta peserta merupakan tonggak penting bagi upaya kesehatan nasional, namun data CKG secara bersamaan memberikan peringatan serius bahwa aktivitas fisik dan pola hidup sehat harus semakin menjadi prioritas bersama. Obesitas kini menjadi salah satu dari empat masalah kesehatan utama yang terdeteksi melalui CKG, di samping masalah gigi, hipertensi, dan diabetes.

Kondisi ini sejalan dengan tren peningkatan prevalensi obesitas di Indonesia secara umum. Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada kelompok usia dewasa (di atas 18 tahun) meningkat dari 21,8 persen pada tahun 2018 menjadi 23,4 persen pada tahun 2023. Data ini menempatkan Indonesia sebagai negara kelima tertinggi di dunia untuk jumlah penderita diabetes dewasa pada tahun 2024, kondisi yang erat kaitannya dengan obesitas. Bahkan, Indonesia menduduki peringkat ketiga di Asia Tenggara dengan estimasi prevalensi obesitas tertinggi berdasarkan World Obesity Atlas 2022, dengan 14 persen pada perempuan dan 8 persen pada laki-laki. Secara keseluruhan, satu dari empat orang dewasa di Indonesia mengalami obesitas, dan lebih dari satu dari tiga mengalami obesitas sentral.

Obesitas paling banyak terjadi pada perempuan, terutama pada usia 40-44 tahun dengan angka mencapai 41,7 persen di tahun 2023, diikuti oleh usia 45-49 tahun sebesar 41,1 persen. Sementara itu, pada laki-laki, prevalensi tertinggi ditemukan pada usia 45-49 tahun dengan 19,3 persen. Peningkatan signifikan juga terlihat pada anak-anak dan remaja, di mana prevalensi kelebihan berat badan meningkat tiga kali lipat antara tahun 2000 dan 2022.

Faktor-faktor pemicu obesitas sangat beragam, mulai dari pola makan yang buruk, konsumsi makanan tinggi kalori, dan minuman manis berlebihan, hingga kurangnya aktivitas fisik akibat gaya hidup digital yang semakin dominan. Pasca-pandemi COVID-19, dokter bahkan melaporkan peningkatan kasus obesitas parah pada pasien muda, dengan berat badan mencapai di atas 100 kg, yang diyakini karena perubahan gaya hidup selama pembatasan pergerakan.

Obesitas bukan sekadar masalah penampilan, melainkan faktor risiko utama bagi berbagai Penyakit Tidak Menular (PTM) serius, seperti diabetes melitus tipe 2, hipertensi, penyakit jantung, stroke, dan jenis kanker tertentu. Indonesia juga menghadapi fenomena "triple burden of malnutrition" atau beban ganda malnutrisi, di mana masalah gizi kurang, stunting, dan obesitas terjadi secara bersamaan dalam satu keluarga atau komunitas.

Menyikapi kondisi ini, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Pedoman Nasional Pelayanan Klinis (PNPK) Tata Laksana Obesitas Dewasa sebagai panduan komprehensif bagi tenaga kesehatan dan masyarakat. Program Cek Kesehatan Gratis sendiri merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk mengubah paradigma kesehatan dari pengobatan penyakit menjadi pencegahan. Tindak lanjut medis bagi peserta CKG yang terdeteksi memiliki kondisi kesehatan tertentu akan ditanggung oleh BPJS Kesehatan jika kepesertaan aktif. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, menekankan pentingnya aksi bersama lintas sektor—mulai dari edukasi publik hingga kebijakan yang mendorong pola hidup sehat—untuk menekan laju obesitas dan diabetes di Indonesia.