:strip_icc()/kly-media-production/medias/5418417/original/039931400_1763617674-7.jpg)
Gunung Semeru, puncak tertinggi di Pulau Jawa, kembali menunjukkan aktivitas vulkaniknya yang intens, memunculkan awan panas guguran (APG) dan letusan abu tebal. Kondisi ini telah menyebabkan sejumlah destinasi wisata yang biasanya ramai dikunjungi, kini diselimuti kewaspadaan. Sejak Rabu, 19 November 2025, pukul 17.00 WIB, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) secara resmi menaikkan status Gunung Semeru dari Level III (Siaga) menjadi Level IV (Awas).
Aktivitas vulkanik yang tinggi ini tercatat dengan 32 kali gempa guguran dan 25 kali gempa letusan hanya dalam pengamatan enam jam pada Kamis pagi, 20 November 2025. Awan panas guguran teramati meluncur sejauh 5,5 kilometer dan bahkan dilaporkan mencapai 13 kilometer ke arah tenggara-selatan Besuk Kobokan, memicu kepanikan warga di sekitarnya. Akibatnya, Pemerintah Kabupaten Lumajang telah menetapkan status tanggap darurat selama tujuh hari, mulai 19 hingga 26 November 2025. Setidaknya 300 hingga 956 warga di beberapa desa di Lumajang, termasuk Supit Urang, Oro-Oro Ombo, dan Penanggal, telah dievakuasi ke tempat pengungsian.
Dampak langsung paling terasa adalah penutupan total jalur pendakian Gunung Semeru. Destinasi favorit para pendaki seperti Ranu Pani, yang merupakan desa terakhir sekaligus gerbang pendakian, kini tampak sepi. Demikian pula Ranu Kumbolo, danau air tawar yang dijuluki permata Semeru, yang sering menjadi titik primadona para pendaki untuk berkemah, juga ditutup untuk semua aktivitas pendakian. Sebelumnya, 178 pendaki sempat tertahan di Ranu Kumbolo akibat jalur turun terdampak erupsi, namun telah berhasil dievakuasi dengan aman. Sebuah tim dari Kementerian Pariwisata yang berada di Ranu Kumbolo untuk kegiatan promosi juga berhasil dievakuasi dengan selamat.
Selain pendakian, beberapa aktivitas wisata petualangan lainnya turut terkena imbas. Lava Tour Semeru di Pronojiwo, Lumajang, misalnya, ditutup sementara demi keselamatan pengunjung mengingat potensi guguran, abu vulkanik, dan luncuran awan panas. Kementerian Pariwisata telah mengimbau wisatawan untuk menjauhi daerah aliran sungai (DAS) di sepanjang Besuk Kobokan, terutama dalam radius 20 kilometer dari puncak dan 500 meter dari tepi sungai, untuk mewaspadai potensi banjir lahar.
Meskipun demikian, tidak semua destinasi di sekitar Semeru terhenti total. Wisata ke kawasan Gunung Bromo dan Danau Ranu Regulo dipastikan tetap dibuka dan beroperasi normal. Ranu Regulo, yang terletak sekitar 2 kilometer dari Ranu Pani, menawarkan suasana tenang di antara perbukitan dan memiliki fasilitas lengkap untuk berkemah. Beberapa destinasi alam lain di kaki Semeru yang menawan seperti Air Terjun Tumpak Sewu, Air Terjun Kapas Biru, Air Terjun Coban Sriti, Air Terjun Kabut Pelangi, Bukit Semeru, Gunung Sriti, Simbar Semeru, dan Candi Samudro, terus menarik perhatian dengan pesona alamnya yang memukau.
Situasi ini mengingatkan para pelaku gaya hidup dan pencinta alam akan pentingnya kewaspadaan dan menghormati kekuatan alam. Sektor pariwisata di daerah terdampak erupsi Semeru terus berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BASARNAS), dan pengelola Taman Nasional untuk memastikan keamanan pengunjung dan masyarakat. Bagi mereka yang berencana mengunjungi kawasan Jawa Timur, penting untuk selalu memeriksa informasi terkini dari otoritas setempat dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengenai prakiraan cuaca dan status aktivitas gunung berapi.